Home / Uncategorized

Selasa, 17 Desember 2024 - 10:21 WIB

Harga Minyak WTI Melemah Ditengah Penurunan Belanja Konsumen Tiongkok

Admin

Harga minyak mentah berjangka, khususnya West Texas Intermediate (WTI), mengalami pelemahan dari level tertinggi dalam beberapa minggu terakhir. Pada penutupan Senin (16/12), minyak WTI ditutup pada $70,71 per barel, turun 58 sen atau 0,8% dari sesi sebelumnya. Penurunan ini didorong oleh melemahnya belanja konsumen di Tiongkok, importir minyak terbesar dunia, serta aksi ambil untung dari investor menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan minggu ini.

Menurut analisis dari Andy Nugraha, Dupoin Indonesia, tren bullish pada WTI masih cukup kuat berdasarkan kombinasi candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk. Andy memproyeksikan bahwa harga WTI memiliki potensi untuk naik hingga $71,5 pada hari ini. Namun, jika harga gagal mempertahankan kenaikan dan terjadi pembalikan arah (reversal), target penurunan terdekat berada di kisaran $69,8.

“Kombinasi teknikal menunjukkan dominasi bullish, meskipun ditengah tekanan fundamental dari Tiongkok dan keputusan suku bunga AS,” ujar Andy Nugraha.

Baca Juga :  Telkom Indonesia Selenggarakan Indigo MedMatch 2024, Kumpulkan Pemangku Kepentingan Ekosistem Startup Healthtech Indonesia

Harga minyak minggu lalu sempat menguat lebih dari 6%, didukung oleh ekspektasi pengetatan pasokan global. Sanksi tambahan pada produsen minyak Rusia dan Iran menjadi katalis positif bagi harga. Selain itu, ekspektasi suku bunga yang lebih rendah di AS dan Eropa turut memberikan dorongan permintaan.

Namun, pelemahan penjualan ritel di Tiongkok menjadi tekanan signifikan pada pasar minyak. Data menunjukkan belanja konsumen yang lebih lambat dari perkiraan, mendorong Beijing untuk mempertimbangkan stimulus tambahan guna mendukung ekonomi yang rapuh. “Prospek permintaan minyak mentah dari Tiongkok berada dalam skenario pesimistis jika tidak ada perubahan besar dalam perilaku belanja konsumen,” tambah Andy.

Sementara itu, OPEC+ telah memutuskan untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga April 2025. Keputusan ini mencerminkan kehati-hatian kelompok produsen dalam menghadapi ketidakpastian permintaan global.

Baca Juga :  Nusantara Global Network Bekerja Sama dengan Exclusive Markets untuk Meluncurkan Program Introducing Broker (IB) Eksklusif dengan Keuntungan Luar Biasa

Investor juga menantikan keputusan The Fed pada pertemuan 17-18 Desember. Bank sentral AS diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 0,25%. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak. Namun, dolar AS yang menguat mendekati level tertinggi tiga minggu terhadap mata uang utama lainnya turut menekan harga minyak. Penguatan dolar membuat minyak mentah, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Dengan ketidakpastian global yang terus membayangi, pasar minyak akan tetap menjadi perhatian utama investor, terutama menjelang akhir tahun. Keputusan The Fed dan perkembangan dari Tiongkok diperkirakan akan menjadi kunci dalam menentukan arah harga minyak dalam jangka pendek.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES

Share :

Baca Juga

Uncategorized

Kedutaan Besar India di Jakarta Akan Gelar IFF 2025

Uncategorized

VRITIMES dan MedanKinian.com Jalin Kerja Sama untuk Tingkatkan Akses Berita Digital

Uncategorized

Experience the Magic of “The Nutcracker” Ballet in Jakarta – Last Chance to Secure Your Seats!

Uncategorized

1xBet Gambling establishment Review 2024 Available Games, Benefits & Cons

Uncategorized

Mobile Clairvoyant Readings Members On the web Today

Uncategorized

Tak Hanya Dapat Rumah Impian, BRI Finance Berikan Promo Menarik & Test Drive Kendaraan di KPR BRI Properti Expo 2024

Uncategorized

IFG Labuan Bajo Marathon 2024 Gandeng HOKA Run Club Persiapkan Pelari untuk Maraton Terindah dan Menantang di Indonesia

Uncategorized

Tetap Stylish Saat Olahraga, Cek Rekomendasi Tas Gym Praktis dari Bodypack!
Verified by MonsterInsights